πΏ Jika Bukan Kita Berdua, Lalu Siapa Lagi?
lagu ciptaan sendiri atas istilah Awet Rajet dalam Ikatan Pernikahan
Lagu ini lahir dari perjalanan panjang memahami arti kebersamaan. “Jika Bukan Kita Berdua Lalu Siapa Lagi” adalah ungkapan hati tentang komitmen menjaga ikatan suci pernikahan. Ketika cinta diuji, kita diingatkan bahwa rumah tangga bukan lagi tentang dua insan saja. Ada anugerah anak yang menjadi bagian dari cinta itu sendiri — saksi dan penguat agar kita tidak mudah menyerah.
Dalam Islam, ALLOH SWT sangat membenci perceraian, karena pernikahan adalah ikatan suci yang disaksikan langit dan bumi. Sifat dan Sikap setan dari golongan jin dan jalmi/ manusia yang tersesat akan selalu berusaha merusak kebahagiaan pasangan, karena dari sanalah mereka mendapatkan kebanggaan dari Azazil, sang penggoda pertama atas adanya kisah nabi Adam dan siti Hawa. Maka mempertahankan rumah tangga adalah perjuangan melawan bisikan-bisikan sihir setan, iblis dan dajal agar kita tetap berada di jalan ALLOH SWT dan SUNDA "sunnah bagginda" baginda Rasulullah nabi Muhammad SAW.
πΆ Lirik Lagu: Jika Bukan Kita Berdua Lalu Siapa Lagi
Dahulu yang indah, tak pernah kulupakan
Apa yang pernah terjadi
Kemesraan yang slalu menjadi kenangan terindah
Mencoba bertahan, segala masalah hidup dalam kisah kita
Kebersamaan yang menjadi kekuatan cinta kita
Kau dan aku saling menguatkan dan mengingatkan
Anugerah yang ada kini bukan hanya kita berdua
Karena kita yang harus bisa mengendalikan semua
Jika bukan kita berdua lalu siapa lagi?
Adanya masalah dalam kehidupan ini menjadi cobaan
Bukan hanya kita — semua pasti merasakan.
πΊ Makna di Balik Lagu
Lagu ini mengajak kita untuk merenungi arti setia dan tanggung jawab. Bahwa setiap permasalahan bukan untuk memisahkan, tetapi untuk memperkuat. Anak-anak adalah pengingat bahwa cinta ini telah tumbuh menjadi kehidupan baru — yang harus dijaga bersama.
Jika bukan kita yang mempertahankan, maka siapa lagi?
Karena cinta sejati bukan tentang seberapa lama bertahan tanpa masalah,
tetapi seberapa kuat kita menggandeng tangan pasangan kita
melewati badai bersama.
Adanya Istilah “Awet Rajet” yang menarik dan punya nuansa lokal yang kuat — terdengar seperti ungkapan para semar Sunda (Sesepuh Sunnah Baginda) yang mencerminkan makna kekompakan dan keawetan hubungan menjadi maknanya dalam konteks ikatan pernikahan:
π Makna “Awet Rajet dalam Ikatan Pernikahan” Awet Rajet bisa diartikan secara maknawi sebagai: Hubungan yang tetap kuat, lengket, dan harmonis meskipun diterpa banyak ujian. “Awet” berarti tahan lama, tidak mudah rusak, atau tetap terjaga dari waktu ke waktu.
π Melambangkan kesetiaan, keistiqamahan, dan keteguhan cinta. “Rajet” berasal dari kata dasar rajetan (menyulam, menjahit, atau merajut) yang berarti sesuatu yang erat terjalin dan sulit dipisahkan.
π Melambangkan keterikatan batin, kebersamaan, dan kesatuan hati. Jika digabung, “Awet Rajet” menggambarkan hubungan yang tetap erat, kokoh, dan hangat, tidak mudah tercerai-berai oleh masalah atau waktu.
π Dalam Konteks Pernikahan Islam “Awet Rajet dalam Ikatan Pernikahan” bermakna: Sebuah komitmen untuk menjaga pernikahan agar tetap utuh, mesra, dan diridhai ALLOH SWT, dengan saling menguatkan dalam suka maupun duka.
Pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan, tetapi juga dua keluarga, dua jalan hidup, dan dua takdir. Menjaga agar tetap “awet rajet” πΉ Menjaga komunikasi dan kasih sayang. Tidak membiarkan masalah kecil tumbuh jadi jurang besar. π€ Saling menguatkan dalam ujian. Karena cobaan bukan pertanda akhir, tapi kesempatan untuk memperdalam cinta. π Berpegang pada iman dan doa. Ketika cinta dilandasi keikhlasan dan taqwa, ikatan itu akan dirajut oleh Allah sendiri. Awet Rajet bukan sekadar kata, tapi doa agar cinta tetap erat dalam ridha-Nya. Bukan hanya bertahan karena kebiasaan, tapi karena keyakinan bahwa pernikahan adalah ibadah yang sakral.
Klik di sini untuk Baca Cerita sambil mendengarkan Lagu lain nya by: D 390 TG
Comments
Post a Comment