Cerpen Dan Lagu - Cerita Yang Hilang

Sunda Bandung Indonesia-Lagu ciptaan sendiri D390TG judul lagu "Cerita Yang Hilang" yang di buat dalam konsep lagu sampel untuk proses latihan serta mencari produser sebelum masuk dapur rekaman untuk rekaman di studio dalam hasil audio standar industri musik. Adanya kisah cerita yang menjadi  lagu ciptaan karya saya ini adalah hasil referensi pengalaman hidup. Sobat bisa sambil dengarkan lagu nya di atas dan sambil membaca cerpen nya di bawah ya. He...390x

Dulu, saat hujan pertama kali turun di musim gugur, aku dan dia berdiri di bawah pohon besar di saat pulang kuliah bersama. Daun-daun berwarna keemasan berjatuhan, seakan mengikuti irama waktu yang terus berjalan. Matanya, yang berwarna cokelat gelap, memantulkan kilau air hujan, seakan mengandung seluruh cerita yang tak terucapkan.

Bagiku dia adalah seseorang yang sulit dilupakan. Kami saling kenal dan mulai berteman dari usia remaja sampai dewasa, di mana aku sedang belajar mencari pasangan untuk masa depan dengan mencoba memiliki teman dekat. Di mana ketika kita saling mendekat, dengan senyum malu-malu yang selalu menggetarkan hatiku. Hari itu, kami berbicara tentang banyak hal, tentang mimpi-mimpi, harapan, dan ketakutan yang kami simpan di dalam hati. Kami seperti dua jiwa yang akhirnya menemukan rumah satu sama lain.

Namun, seperti halnya hujan yang datang dan pergi, hubungan kami pun ikut merasakan perubahan. Lama-kelamaan, perbedaan mulai muncul. Dia mulai ingin menjalani hidup dengan cara yang berbeda, dengan petualangan yang lebih jauh dari apa yang bisa aku bayangkan. Aku, di sisi lain, merasa nyaman dengan rutinitas ku atas kesenangan dan kejenuhan dalam seni musik, dengan keheningan yang terjaga di setiap waktuku di dalam kamar.

Kadang aku teringat akan dia yang sering berkata, "Cinta itu seperti angin, tidak bisa kita pegang, tapi bisa kita rasakan."

Pada awalnya, aku tidak mengerti. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai merasakannya. Cinta kami perlahan menghilang, tak terdengar lagi suara tawa yang dulu sering menggema di sepanjang jalan setapak saat pulang bersama. Kami semakin jarang berbicara, semakin jauh.

Pada satu malam yang dingin, dia meninggalkan sepucuk surat melalui teman dekat di rumahku. Surat yang hanya berisi satu kalimat: “Aku harus pergi, bukan karena aku tidak mencintaimu, tapi karena aku harus menemukan diriku sendiri.”

Aku tidak bisa berkata-kata. Hujan turun deras malam itu, dan aku tahu, seperti angin yang tak bisa ditangkap, cinta itu pun telah pergi.

Bertahun-tahun berlalu, dan aku masih sering melewati jalan yang pernah menjadi tempat berdiri di bawah pohon besar saat itu, berharap ada dia yang datang dengan senyum malu-malu, seperti pertama kali kami bercerita di bawah pohon itu. Namun yang ada hanya kenangan, yang semakin memudar seiring waktu.

Cinta yang hilang bukan berarti cinta yang terlupakan. Cinta itu tetap ada, tersembunyi di dalam hati, berbisik perlahan di setiap kenangan. Dan meskipun dia kini tak lagi ada di sisiku, aku tahu, cinta kami tetap hidup di tempat-tempat yang dulu pernah kami kunjungi bersama—di bawah pohon besar itu, aku yang masih setia menunggu.

Kadang-kadang, aku berharap hujan akan turun lagi, dan mungkin, jika aku cukup sabar, aku akan bertemu dengan dia sekali lagi. Namun, aku tahu sekarang, cinta yang hilang adalah bagian dari hidup yang harus aku terima dan menjadika sebuah pelajaran atas perasaan mengagumi tanpa harus memilikinya, meski menyakitkan. Karena cinta yang hilang bukanlah akhir, melainkan bagian dari perjalanan yang mungkin tak bisa diulang.

Catatan Blog D390TG